RESONANSI KEBANGSAAN KITA, SEBUAH PARADOKS KEBHINEKAAN
Informasi merupakan kebutuhan primer bagi manusia di era informatika
ini. Gw pun menyadari bahwa sekarang itu susah kalo kita lepas dari sesuatu
yang namanya internet. Internet sekarang ini sudah bagaikan kebutuhan primer
yang tak terpisahkan dari bagian kehidupan kita
Berbagai macam konten, baik positif, negatif, informasi, berita, dsb
menjadi hal” yang disampaikan di dalam internet itu sendiri. Yang menjadi
fenomena dibalik isu ini adalah terkadang gw sering ngeliat kalo komen lebih
seru dibanding dengan konten yang disajikan, atau konten yang di sajikan berbau
hal” yg merusak entitas kebhinekaan bangsa, yang dimana ngeliatin kalo kita itu
sedang mengalami krisis kebangsaan.
Gw mengapresiasi banyak yang nulis kalo “saya Pancasila”, dan
bahkan ada yang lebih mengganggu yaitu orang” dengan akun yang tidak
bertanggung jawab menebar kebencian tertentu pada golongan mayoritas maupun
minoritas, hey itu bukan Indonesia banget gitu loh??!!
Sebenernya, Indonesia yg gw kenal itu lebih dari sekedar itu..., gw
mau ngelurusin aja kalau identitas kebangsaan dan nasionalisme nggak dapat terukur
cuma dengan kalian nge-post “saya
blablabla”, itu merupakan sebuah entitas yang semu. Layaknya sebuah
paradoks, ketika di internet, kita seperti paling berjiwa nasionalis, tapi pada
realitanya kita pasti ada saja yang tidak
tahu pertanyaan” ini, seperti siapa itu otto iskandar dinata?, apa isi
pembukaan UUD 45?, Bahkan sila dalam Pancasila!!!!. Seharusnya dalam
menggelorakan semangat nasionalisme, masyarakat mampu untuk menempatkan atau
memposisikan kapan dan hal apa yang tepat untuk disampaikan, jangan di
sembarang tempat.
Selanjutnya pandangan gw terhadap banyaknya penebaran kebencian
terhadap golongan tertentu, baik mayoritas maupun minoritas menjadi sebuah ironi
yang gw rasakan akhir – akhir ini. Bagaikan jatuh
tertimpa tangga, hal ini menjadi beban beruntun yang menyebabkan resonansi
pada kehidupan kebangsaan kita. Menghembuskan isu –isu sara, isu tak
bertanggung jawab, dan berita yang tak diketahui kebenarannya (hoax) sangatlah mengganggu!!!.
Pembaca yang budiman, gw berharap dengan adanya permasalahan di atas
pembaca sekalian mampu memahami kondisi yang dirasakan oleh pemimpin bangsa
saat ini, betapa banyaknya tekanan, goncangan, serta resonansi kebangsaan yang
mengancam kebhinnekaan kita.
Kita sebagai warga negara yang baik sudah memiliki kewajiban untuk
membantu tugas negara dalam mencapai tujuan kemerdekaannya, terlepas saya
adalah apa, saya adalah siapa, kita harus tetap menjunjung tinggi tanggung
jawab kita sebagai warganegara, yaitu : Mengisi
kemerdekaan!!. Gw ngerasa perlu adanya sebuah tindakan nyata dari kita
sebagai pemuda Indonesia yang kelak nantinya menjadi pemimpin di bangsa ini
untuk memulai kepedulian terhadap hal – hal yang kecil. Stop Bullying temen lo
kaya misalnya dengan umpatan” rasial, nyindir berbau agama, ngucilin karena
kecacatan fisik seseorang, or anything
that discriminate your friend!!. Karena dari hal – hal yang kecil itu
berimplikasi ke hal – hal yang besar yang kelak menjadi masalah yang gw
jabarkan sebelumnya.
Gw pikir dengan langkah – langkah tersebut sudah mampu membantu meringankan beban bangsa ini, apalagi
jika diterapkan dari awal pendidikan. Hal ini jika gw kaitkan dengan konteks
yang lebih luas gak cuma meliputi bullying,
tetapi moral/ karakter kebangsaan sudah harus kita kenali sejak dini. Semoga
eksistensi bangsa ini akan berlangsung dari sekarang, hingga....Selamanya.
Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana
Dharma Mangrwa.
Comments
Post a Comment