A 21 years old Indonesian Police Cadet. A dreamer with a nationalism inside. The Future Indonesian Statesman. A Futurist. any inquiries for discussion, Contact : jauharsumirat@gmail.com
Polri penegak hukum yang berwibawa, professional dalam tugas karyanya, jaga ketertiban dalam kehidupan, hormati hak asasi manusia....... Itulah bait dari lagu mars Polda Jawa Tengah yang selalu dinyanyikan pada saat apel pagi ketika gue sedang latihan kerja (latja) tingkat 2. Entah mengapa bait tersebut sangatlah terkenang di kepala. Bait lagu tersebut sangat menggetarkan hati, apakah ini yang dinamakan dengan penafsiran makna yang mendalam, entahlah gue juga masih awam tentang hal ini. 71 Tahun yang lalu, Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) melepaskan diri sebagai institusi yang mandiri yang berkedudukan langsung dibawah Presiden Republik Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya kepercayaan dari pemerintah terhadap Polri sebagai satu – satunya pengemban fungsi kepolisian di republik ini. Kini waktu demi waktu terus berlalu, masa demi masa pun terus terlewati. Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh polri, dimulai dari kejahatan konvensional, penangana
Hai, Dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia, gw mau curhat. Gw seneng banget kemaren tanggal 25 Juli gw baru dilantik jadi Polisi di Istana Negara, itulah penantian selama 4 tahun pendidikan di Akademi Kepolisian ada hal yang membuat kami seperti di hisab amal dan perbuatannya, yaitu malam Purnawasis. Malam Purnawasisi ini merupakan malam penempatan Paja lulusan akpol ke satuan wilayah masing – masing. Alkisah ditempatkanlah gw di Polda Sumatera Barat. Awalnya saya galau, paraaaaah!!!! Gw gak tau harus kemana ngapain dan dimana gw harus tinggal. Gw dapet libur selama 2 minggu, di waktu inilah gw pulang ke Bandung. Disinilah gw refreshing melepas penat selama pendidikan 4 taun yang lama itu. Gw suka banget sama yang namanya buku biografi dan tokoh favorit gw adalah Bung Hatta. Hal ini mengingatkan gw sama tempat penempatan gw, Sumatera Barat. Gw sekarang berfikir kalau salah satu dari proklamator pernah dilahirkan di Bumi Minang ini, maka resonansi kemerdekaan aka
Namastee Halo semua, Kali ini gue akan merubah panggilan gw jadi gue, karena ada beberapa koreksi dari beberapa pembaca, sorry gue gak bisa ganti jadi aku karena dari awalnya gue udah berusaha bikin blog ini jadi kayak a piece of my thoughts gitu. Pagi hari ini sungguh indah, ketika jiwa dan raga ini selesai menghadap-Nya dalam shalat idul fitri, ada satu hal yang paling gue tunggu. Makan makanan lebaran. Makanan lebaran tahun ini, khususnya di rumah gue adalah: Opor Ayam, Rendang, Sambal Roa, Oseng Buncis khas mama tercinta. Ketika kunyahan pertama sampai di mulut gue, rasa cinta kasih dan cita rasa yang enak khas masakan rumah, tiba di kunyahan kedua dan seterusnya gue ngerasa ada sesuatu yang menggetarkan jiwa, bukan karena cinta kasih ataupun lezatnya makanan yang ku santap, melainkan sebuah hal yang gua rasa essensial dari negara ini : kebhinnekaan . Kenapa gue ngerasa di kunyahan kedua dan seterusnya merasakan kebhinekaan yang sebenernya jauh dari konteks makanan